Jeritan Para Calon Spesialis: Uya Kuya Bongkar Praktik Bullying Brutal di Program PPDS, Biaya Clubbing Ratusan Juta hingga Kekerasan Fisik!

Jeritan Para Calon Spesialis: Uya Kuya Bongkar Praktik Bullying Brutal di Program PPDS, Biaya Clubbing Ratusan Juta hingga Kekerasan Fisik!

Uya Kuya, anggota Komisi IX DPR RI, kembali membuka luka lama dunia pendidikan kedokteran spesialis di Indonesia. Dalam rapat kerja bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Uya Kuya mengungkap fakta-fakta mencengangkan terkait praktik perundungan (bullying) yang dialami oleh para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Kisah-kisah pilu ini bukan hanya soal tekanan psikologis, namun juga melibatkan kekerasan fisik dan pemerasan finansial yang nilainya fantastis.

Wildan Ahmad Furqon: Mimpi Jadi Dokter Ortopedi Hancur Lebur di Bandung

Salah satu kasus yang diungkap Uya Kuya adalah yang dialami oleh Wildan Ahmad Furqon, seorang mantan dokter PPDS di RSHS Bandung. Wildan, yang bercita-cita menjadi dokter spesialis ortopedi, harus mengubur mimpinya karena tak tahan dengan perlakuan keji para seniornya.

Setiap malam, Wildan dipaksa melakukan serangkaian hukuman fisik yang merendahkan martabat. Ia harus berdiri dengan satu kaki selama berjam-jam, melakukan push up, jalan jongkok, merangkak, hingga mengangkat kursi lipat yang ada mejanya selama satu jam penuh. Tak hanya itu, Wildan juga dipaksa untuk menanggung berbagai kebutuhan para seniornya, mulai dari servis mobil hingga biaya clubbing yang mencapai ratusan juta rupiah.

"Tiap malam harus berdiri dengan satu kaki sampai 3 jam, disuruh push up, jalan jongkok, merangkak, terus dia harus angkat kursi lipat yang ada mejanya selama 1 jam, disuruh bayarin servis mobil senior, disuruh bayarin clubbing," ungkap Uya Kuya dengan nada geram.

Biaya "hiburan" yang harus ditanggung Wildan selama tiga semester mencapai angka yang mencengangkan, yaitu Rp 500 juta. Bahkan, di semester pertama, Wildan harus menyediakan tas Doraemon yang berisi hingga 20 barang untuk memenuhi kebutuhan para seniornya.

Penderitaan Wildan tak berhenti di situ. Ketika ia terpaksa pulang untuk menemani istrinya yang melahirkan, ia justru mendapat hukuman yang tak manusiawi. Wildan dipaksa menginap di rumah sakit selama sebulan penuh dan tidak diperbolehkan keluar. Lebih parah lagi, ia mengalami kekerasan fisik berupa dorongan, tamparan, dan pukulan.

Ironisnya, setelah Wildan berani mengungkap kasus ini, ia justru tidak mendapatkan tindak lanjut yang berarti dari pihak rumah sakit maupun kampus. Masalah yang ia hadapi seolah diabaikan, meninggalkan luka yang mendalam dan rasa keadilan yang tercabik-cabik.

Dr. Marcel: Parade Penghakiman di Yogyakarta dan Kewajiban Menyediakan Mobil Mewah

Kasus serupa juga menimpa dr. Marcel, seorang mantan PPDS ortopedi di salah satu kampus ternama di Yogyakarta. Uya Kuya mengungkapkan bahwa dr. Marcel mengalami perundungan yang tak kalah mengerikan.

Setiap malam, dr. Marcel harus mengikuti "parade" penghakiman di mana ia dipaksa melakukan push up, sit up, dilempari botol, dipukul, ditampar, hingga dipersekusi di ruangan sempit secara beramai-ramai atas perintah kepala senior resident.

"Masalah kedua untuk di UGM yaitu PPDS Ortopedi, dr Marcel yang saat itu dia alami hal yang sama, kurang lebih ada yang namanya parade setiap malam. Di situ ada penghakiman seperti push up, sit up, dilemparin botol, dipukul, ditampar, sampai dipersekusi di ruangan sempit dipukuli beramai-ramai atas perintah kepala senior resident," beber Uya Kuya.

Tak hanya itu, dr. Marcel juga dipaksa untuk menyiapkan mobil setara Innova hanya untuk menjemput dokter-dokter spesialis. Di dalam mobil tersebut, ia juga harus menyediakan makanan dan memenuhi semua kebutuhan makan para seniornya. Bahkan, Uya Kuya menyebutkan bahwa salah satu pelaku pemukulan terhadap dr. Marcel adalah menantu dari rektor kampus tersebut.

Karena tak tahan dengan perlakuan yang diterimanya, dr. Marcel akhirnya memutuskan untuk keluar dari program PPDS. Ia juga telah menceritakan pengalamannya ini kepada Uya Kuya, berharap agar kasusnya dapat diusut tuntas dan praktik perundungan di dunia kedokteran dapat dihentikan.

Ironi di Balik Kebutuhan Dokter Spesialis

Uya Kuya sangat menyayangkan masih maraknya kasus perundungan di kalangan PPDS. Ia menekankan bahwa Indonesia saat ini sangat membutuhkan dokter spesialis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Namun, praktik perundungan yang brutal justru membuat para calon dokter spesialis enggan melanjutkan pendidikan mereka.

"Bayangkan di mana negara kita butuh sekali namanya dr spesialis, tapi mereka yang ingin sekolah ya harus sekolah setelah keluarkan biaya ratusan juta tapi sia-sia," imbuh Uya Kuya dengan nada prihatin.

Kasus-kasus yang diungkap Uya Kuya ini menjadi bukti nyata bahwa praktik perundungan di dunia kedokteran masih menjadi masalah serius yang harus segera diatasi. Perlu adanya tindakan tegas dari pihak terkait, mulai dari Kementerian Kesehatan, universitas, rumah sakit, hingga organisasi profesi, untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan kondusif bagi para calon dokter spesialis.

Menkes Sebut Kasus Bullying PPDS Undip Dokter Aulia Sudah P21

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah menyebutkan bahwa kasus bullying yang menimpa PPDS Undip, Dokter Aulia, sudah memasuki tahap P21 atau pelimpahan berkas perkara dari penyidik ke jaksa penuntut umum. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mulai serius dalam menangani kasus-kasus perundungan di dunia kedokteran.

Namun, penanganan kasus Dokter Aulia saja tidak cukup. Perlu adanya upaya sistematis dan berkelanjutan untuk memberantas praktik perundungan di seluruh program PPDS di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengawasan, memberikan sanksi tegas kepada pelaku perundungan, serta memberikan perlindungan dan dukungan kepada korban perundungan.

Dengan upaya yang komprehensif dan terpadu, diharapkan praktik perundungan di dunia kedokteran dapat dihentikan dan Indonesia dapat menghasilkan dokter-dokter spesialis yang berkualitas dan berintegritas.



<p><strong>Jeritan Para Calon Spesialis: Uya Kuya Bongkar Praktik Bullying Brutal di Program PPDS, Biaya Clubbing Ratusan Juta hingga Kekerasan Fisik!</strong></p>
<p>” title=”</p>
<p><strong>Jeritan Para Calon Spesialis: Uya Kuya Bongkar Praktik Bullying Brutal di Program PPDS, Biaya Clubbing Ratusan Juta hingga Kekerasan Fisik!</strong></p>
<p>“></p>
				            					        </div>
				        		    </div>
		    		    <div class=

Post Comment