Simbol Perlawanan: Ogoh-Ogoh ‘Trump’ dan Kepala Babi Merah Warnai Aksi May Day di Jakarta
Jakarta, 1 Mei 2025 – Peringatan Hari Buruh atau May Day di Jakarta tahun ini diwarnai dengan aksi unjuk rasa yang kreatif dan penuh simbolisme. Di antara ribuan buruh yang turun ke jalan, dua sosok mencolok menjadi pusat perhatian: ogoh-ogoh Donald Trump dan kepala babi berwarna merah yang diarak dalam long march menuju gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Kehadiran kedua simbol ini bukan sekadar ornamen visual, melainkan representasi kuat dari perlawanan terhadap kapitalisme global dan ketidakadilan ekonomi yang dirasakan oleh para pekerja.
Ogoh-ogoh Trump, dengan ukuran yang cukup besar dan detail yang menyerupai mantan Presiden Amerika Serikat tersebut, menjadi simbol kritik terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang dianggap merugikan kelas pekerja. Trump, dengan gaya kepemimpinannya yang kontroversial dan kebijakan ekonominya yang proteksionis, seringkali diasosiasikan dengan praktik kapitalisme yang tidak terkendali dan mengutamakan keuntungan korporasi di atas kesejahteraan buruh.
Sementara itu, kepala babi merah yang diarak berdampingan dengan ogoh-ogoh Trump, membawa pesan yang lebih lugas tentang keserakahan dan dominasi ekonomi. Babi, dalam banyak budaya, seringkali diasosiasikan dengan ketamakan dan nafsu duniawi. Penggambaran kepala babi dengan ekspresi garang dan gigi menyeringai semakin mempertegas pesan tentang kerakusan para pemilik modal dan kekuatan ekonomi yang dinilai tidak berpihak pada kaum buruh. Warna merah yang menyala pada kepala babi tersebut juga bisa diinterpretasikan sebagai simbol kemarahan dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang terjadi.
Kedua ogoh-ogoh ini menjadi daya tarik visual yang kuat dalam barisan long march buruh. Massa aksi yang berjalan dari titik kumpul menuju depan gedung DPR RI mengiringi kedua simbol tersebut dengan teriakan-teriakan tuntutan dan nyanyian-nyanyian perjuangan. Suara-suara lantang ini mencerminkan kemarahan dan kekecewaan para buruh atas kondisi kerja dan kesejahteraan yang belum kunjung membaik. Mereka merasa bahwa hak-hak mereka sebagai pekerja seringkali diabaikan, sementara keuntungan terus mengalir ke kantong para pemilik modal.
Lebih dari sekadar simbol visual, kehadiran ogoh-ogoh Trump dan kepala babi merah ini juga merupakan bentuk ekspresi politik yang kreatif dan efektif. Dalam aksi-aksi demonstrasi, seringkali sulit untuk menarik perhatian publik dan media massa. Namun, dengan menggunakan simbol-simbol yang kuat dan provokatif, para buruh berhasil mencuri perhatian dan menyampaikan pesan mereka dengan lebih efektif. Ogoh-ogoh dan kepala babi merah ini menjadi semacam "bahasa visual" yang mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan membangkitkan kesadaran tentang isu-isu yang dihadapi oleh kelas pekerja.
Dalam orasi-orasi yang disampaikan di depan gedung DPR RI, para perwakilan buruh menyoroti berbagai persoalan mendesak yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Mereka menyinggung praktik eksploitasi, upah murah, serta ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang masih menghantui para pekerja. Mereka juga mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai lebih berpihak pada kepentingan investor dan korporasi besar daripada kepentingan buruh.
Para buruh juga menyoroti pengaruh korporasi besar dan kekuatan asing terhadap kebijakan nasional yang berdampak langsung pada pekerja. Mereka merasa bahwa pemerintah terlalu mudah memberikan konsesi kepada investor asing, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan dan hak-hak pekerja lokal. Mereka menuntut agar pemerintah lebih tegas dalam melindungi kepentingan nasional dan memastikan bahwa semua kebijakan ekonomi yang diambil harus berpihak pada kepentingan rakyat, khususnya kelas pekerja.
Aksi May Day dengan ogoh-ogoh Trump dan kepala babi merah ini bukan hanya menjadi ajang untuk menyuarakan tuntutan, tetapi juga menjadi media kreatif dalam menyampaikan pesan politik yang kuat. Dengan menggunakan berbagai ekspresi visual, para buruh berupaya menarik perhatian publik dan pemerintah terhadap krisis yang tengah mereka hadapi. Mereka berharap bahwa dengan adanya tekanan dari masyarakat dan media massa, pemerintah akan lebih serius dalam menangani persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kelas pekerja dan mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Aksi ini juga menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas antar sesama buruh. Dalam aksi long march dan orasi-orasi yang disampaikan, para buruh saling memberikan dukungan dan semangat. Mereka menyadari bahwa perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan dan hak-hak pekerja hanya bisa berhasil jika dilakukan secara bersama-sama dan dengan solidaritas yang kuat. Mereka bertekad untuk terus berjuang dan menyuarakan aspirasi mereka hingga tuntutan-tuntutan mereka dipenuhi oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya.
Di tengah hiruk pikuk aksi demonstrasi, kehadiran ogoh-ogoh Trump dan kepala babi merah menjadi pengingat yang kuat tentang ketidakadilan ekonomi dan kesenjangan sosial yang masih menghantui masyarakat. Simbol-simbol ini mengajak kita untuk merenungkan kembali tentang sistem ekonomi yang kita anut dan dampaknya terhadap kehidupan jutaan pekerja. Mereka juga mengajak kita untuk terus berjuang demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Aksi May Day 2025 di Jakarta dengan ogoh-ogoh Trump dan kepala babi merah akan menjadi catatan sejarah yang penting dalam perjuangan kelas pekerja di Indonesia. Simbol-simbol ini akan terus mengingatkan kita tentang pentingnya solidaritas, perlawanan, dan perjuangan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Post Comment